Inilah sepenggal kisah perjalananku selama 2 minggu di Medan dan Jakarta….
Awalnya terkejut ketika tahu bahwa aku akan menjalani prajab di Medan, sebuah kota yang kata banyak temanku nyaman, selalu dirindu, dan banyak makanan tersedia disana. Dan akhirnya 25 Juli 2009 perjalananku dimulai.
1. Dimulai dari pertama kalinya naik pesawat. Kata mamaku waktu kecil ketika menonton televisi dan melihat pesawat muncul di layar, aku sempat meminta untuk naik pesawat, tapi kata mamaku waktu itu: “naik pesawat mahal, besok aja kamu naik sendiri”. Dan terkadang ketika sedang main di jalan bareng teman-temanku, ketika ada pesawat terbang di atas kami maka yang kami lakukan adalah melambaikan tangan ke pesawat tersebut, berharap pilot, pramugari dan penumpang di dalam pesawat itu melihatnya dan menyambutnya dengan lambaian tangan juga. Atau ketika berada dalam rumah, ada bunyi pesawat sedang lewat maka yang aku lakukan adalah berlari keluar rumah dan kemudian seperti kebiasaanku, kembali aku melambaikan tangan.
Rasanya mustahil waktu itu membayangkan bahwa suatu saat nanti akan terbang tinggi dengan si burung besi, maka cukup puas rasanya bisa sekedar melambaikan tangan saja ketika burung besi tersebut lewat di atas rumah kami. Apalagi bila mendengar cerita dari orang-orang bahwa harga tiket pesawat mahal, semakin pesimis hati ini untuk berharap banyak naik pesawat.
Namun ternyata tiada yang mustahil, dan sekitar 16 tahun setelah aku melihat tayangan pesawat di televisi dan berucap ingin merasakan naik pesawat, ternyata bisa terwujud. Ternyata sebelum aku sungguh-sungguh mengenal Tuhan, Dia sudah mendengarkan doaku. Memang mata-Nya selalu memandang, memperhatikan dan mendengarkan doa umat-Nya dari awal sampai selama-selamanya.
2. Perjalanan dimulai dari Semarang kemudian transit di Jakarta dan dilanjutkan ke Medan. Dan tepat saat senja muncul di Medan pesawat yang aku tumpangi landing di Bandara Polonia Medan. Kesan pertama saat menginjakkan kaki di bumi Medan: Panas kali!! Meskipun saat itu hujan deras, keringatku cukup deras mengucur dan membasahi pakaianku. Untunglah ada sahabatku Nova (aku sebut sahabat karena ga ada lagi yang mau jadi sahabatnya selain aku dan beberapa orang lain hehe...piss!!) yang menungguku sehingga kamipun (aku dan rombongan teman-temanku) langsung meluncur ke Hotel Griya, tempat dimana Prajab dilaksanakan. Habis itu kemudian makan Durian Medan bareng Nova, Bang Hendra, dan David Kesandro...Mantaphlah....
3. 10 hari aku Prajab disana, dan 10 hari pula belajar untuk disiplin “di bawah paksaan”, mulai dari bangun tidur sampai tidur kembali, semua sudah diatur. Rasanya waktu dalam sehari itu begitu cepat sekali karena padatnya jadwal yang disusun. Pagi-pagi harus bangun untuk Saat Teduh dan mandi, kemudian senam (sebenarnya bukan senam, cuma pemanasan kemudian sit-up dan push-up), makan pagi, apel pagi, PBB, belajar, makan siang, belajar, makan malam, belajar, kemudian terakhir apel malam. Hampir setiap hari kegiatannya hanya itu kecuali 2 hari terakhir karena ujian Prajab. Banyak kesempatan untuk membandel, seperti naik ke lantai 5 (tempat aula berada) memakai lift (kami dilarang memakai lift), curi-curi makan duluan tanpa nunggu teman yang lain selesai mengambil makanan, menyalahgunakan ijin keluar buat jalan-jalan (makan duren), dan serangkaian tipu muslihat lainnya yang sepertinya merupakan keahlian anak STAN hehe... dan itu dilakukan oleh beberapa orang.
Dalam hati ini sempat berucap, disiplin yang merupakan paksaan sistem dan ada yang mengawasi secara ketat saja (dari TNI) berani untuk dilanggar, bagaimana ketika nanti kembali ke dunia kerja dengan pengawasan yang tidak terlalu ketat? Kalau ada yang berpikir hal-hal pendisiplinan seperti itu tidak penting, ya sudahlah, yang penting ikuti dulu aturannya. Bagaimanakah nasib bangsa ini dengan Abdi Negara seperti itu?
4. Di sela-sela Prajab, ada IB (Ijin Bermalam-bebas jalan-jalan keluar hotel) dari Sabtu sore sampai Minggu jam 21.00), sempat ada tawaran untuk ke Danau Toba bersama teman-temanku dan perjalanan dimulai dari Sabtu sore kemudian kembali ke tempat Prajab minggu sore. Aku pikir ini satu-satunya kesempatanku untuk mengunjungi Danau toba, maka aku memutuskan ikut. Namun tiba-tiba muncul kegelisahan dalam hati ini, kalau aku ikut bagaimana aku beribadah Minggu? Apakaah aku akan mengorbankan kesempatan untuk beribadah di Rumah Tuhan dan menggantikanNya dengan bersenang-senang untuk diriku sendiri? Kemudian aku putuskan untuk membatalkan keberangkatanku ke danau Toba, biarlah aku ga jadi ke Danau Toba asalkan aku tetap bergereja. Akhirnya sempat terbayang aku akan menghabiskan waktu bebasku di hotel tanpa jalan kemana-mana, karena beberapa teman di Medan yang aku hubungi tidak bisa ikut ketika aku ajak jalan-jalan ke Brastagi. (setidaknya tempat ini lebih dekat daripada Parapat-Danau Toba).
Namun tanpa disangka-sangka, sahabatku Nova (hehe…) mengajak untuk jalan-jalan di hari Minggu dengan Bang nanda (alumni D3 Khusus), Lia, Kawas, dan satu teman Bang nanda yang akhirnya jadi teman baru kami, Bang Franky. Senangnya hatiku hehe….
Setelah gereja pagi,akhirnya kami memutuskan pergi ke Simalem, yang katanya daerah wisata baru (setelah aku tanya ke beberapa teman yang Batak, hanya satu orang yang tahu daerah Simalem). Tempatnya ternyata cantik kali, dan dari sana aku bisa memandang luasnya Danau Toba, meskipun keinginan untuk menyentuh airnya tidak kesampaian, namun cukuplah bagiku bisa memandangnya saja. Meski lelah, namun bersyukur bisa jalan-jalan bersama sahabat-sahabatku
5. Akhirnya petualangan disana harus berakhir dan aku harus meninggalkan Medan dengan sejuta kenangan hehe… Tapi sebelum ke bandara, menyempatkan diri ketemuan dahulu dan makan siang dengan Kawas, Nova dan dapot (yang lagi DL di Medan) di sebuah Mall di Medan. Hanya sekitar 30 menit kami bertemu, dan hampir ketinggalan pesawat pulak awak karena saat sampai di Bandara polonia waktu untuk Check In sudah ditutup. Tapi untunglah rombongan teman-temanku sudah check in duluan dan melobi petugas check in agar menungguku. Dan tujuanku selanjutnya: Jakarta
6. Setibanya di Jakarta, akhirnya bisa ketemuan lagi dengan adek-adek tercinta, bisa KTB dengan AKK meskipun hanya beberapa saat, mengikuti KJ, KTB Bidang Ibadah, Tim Doa, Doa Regenerasi dan juga bertemu dengan sahabatku Andre dan Mas Mahen. Tak disangka, mungkin itulah saat terakhir aku bisa mengikuti kegiatan PMK dalam beberapa tahun ke depan. Sejujurnya seperti di notesku yang dahulu, hatiku tertambat dengan persekutuan kampus STAN ini, dan sampai sekarang pun hatiku masih menyimpan begitu banyak cerita disana. Dan bila ada kesempatan untuk berkunjung atau melayani disana, pasti akan aku lakukan itu. Pasti!
Selama 2 minggu aku melakukan perjalanan ini, dan di dalam tiap perjalananku aku tahu semuanya ada dalam pimpinanNya, dan hal inilah yang harus aku lakukan: Mengikuti pimpinanNya.
Semoga dengan mengikuti Prajab kemarin, menjadi salah satu sarana untuk membentukku menjadi Abdi Negara yang setia kepada negara...
Semoga dengan perjalananku ke Simalem, semakin membuatku menyadari betapa kecilnya diriku di hadapanNya yang mampu menciptakan hamparan air yang begitu luasnya...
Dan semoga dengan aku mengikuti persekutuan di kampus kemarin, kembali mengingatkanku akan betapa besarnya kasih Allah kepadaku hingga aku menemukan persekutuan yang indah, bertumbuh, dan menemukan sahabat disini, serta memotivasiku untuk menemukan atau membangun persekutuan yang kuat juga di tempat Tuhan mengutusku.
Notes yang berhubungan dengan ini: Manokwari, I’m coming!! (segera terbit!!)
Salam hangat,
Hendrawan Triartanto
Untuk apa rajin?
1 tahun yang lalu
0 komentar:
Posting Komentar
Silakan kasih komentar di form di bawah ini ya.... Terima kasih :)