Ku utus kau mengabdi tanpa pamrih
Berkarya t’rus dengan hati teguh
Meski dihina dan menanggung duka
Ku utus kau mengabdi bagiKu
Setiap orang yang telah mengalami pertobatan dan kemudian dibina serta mengalami pertumbuhan, seharusnya mengalami seperti isi lagu di atas. Pada akhirnya orang yang hidupnya melekat kepada Kristus akan mengalami pengutusan dari Allah di dalam segala bidang, baik itu pelayanan, studi, pekerjaan, keluarga, dan yang lainnya. Selama kurun waktu dari pertobatan sampai akhirnya diutus itulah, Allah mempersiapkan dan memperlengkapi kita dengan setiap hal yang kita perlukan .
Yesus sendiri mempersiapkan murid-muridNya selama 3,5 tahun dengan intensif sebelum akhirnya Ia mengutus mereka. Kemanapun Yesus pergi selalu diikuti oleh murid-muridNya, dan dari situ murid-muridNya akhirnya bisa Yesus siapkan dan perlengkapi untuk pada waktunya Ia utus. Sadar atau tidak sadar, murid-muridNya telah melewati tahap ini, dan hasilnya pun pada waktunya nanti akan terlihat. Selama 3,5 tahun muridNya dibina dengan pengajaran yang sama, dengan teladan yang sama, dengan cara hidup yang sama, yang semuanya berasal dari satu sumber, yaitu Yesus Kristus.
Meskipun begitu, murid-muridNya tidaklah langsung mengerti dengan apa yang diajarkan Yesus, pemahaman mereka mengenai Yesus masih salah, yaitu mereka menganggap Yesus sebagai raja dunia yang kelak akan memimpin Israel, dan mungkin ketika mereka mengikut Yesus mereka masing-masing mempunyai ambisi-ambisi tertentu. Yudas Iskariot, sebagai bendahara mereka saat itu,mungkin berambisi menjadi “Menteri keuangan”apabila kelak Yesus kelak menjadi Raja Israel, atau Yakobus dan Yohanes yang menginginkan untuk duduk di sebelah kanan dan kiri Yesus, atau Petrus yang menegur Yesus ketika Yesus memberitakan penderitaan yang bakal dialamiNya.
Namun akhirnya hanya satu murid yang “gagal” melewati pembinaan yang dilakukan Yesus, yaitu Yudas Iskariot yang akhirnya menjual Yesus dengan harga 30 keping perak untuk diserahkan ke Imam-imam kepala (Matius 26:14-16) karena (mungkin) merasa kecewa ambisinya tidak kunjung terpenuhi. Sedangkan murid-murid yang lain tetap setia dan bertambah iman mereka setelah Yesus mati dan kemudian bangkit kembali. Ketakutan yang mereka alami saat Yesus mati akhirnya tergantikan dengan keberanian ketika Yesus mengutus mereka sebelum Ia naik kembali ke sorga. (matius 28:18-20)
Keyakinan para murid dilandasi akan janji penyertaan Tuhan,” Yesus mendekati mereka dan berkata: "Kepada-Ku telah diberikan segala kuasa di sorga dan di bumi…”. (Mat 28:18)
Namun, apakah murid-murid waktu itu langsung berangkat pergi ke kota-kota lain untuk memberitakan injil? Ternyata tidak. Mereka masih harus menantikan Roh Kudus. Dalam Lukas 24:47-49 dikatakan:
"dan lagi: dalam nama-Nya berita tentang pertobatan dan pengampunan dosa harus disampaikan kepada segala bangsa, mulai dari Yerusalem.
Kamu adalah saksi dari semuanya ini.
Dan Aku akan mengirim kepadamu apa yang dijanjikan Bapa-Ku. Tetapi kamu harus tinggal di dalam kota ini sampai kamu diperlengkapi dengan kekuasaan dari tempat tinggi."
Demikian pula di dalam Kisah Para rasul 1:4-5,
"Pada suatu hari ketika Ia makan bersama-sama dengan mereka, Ia melarang mereka meninggalkan Yerusalem, dan menyuruh mereka tinggal di situ menantikan janji Bapa, yang--demikian kata-Nya--"telah kamu dengar dari pada-Ku.
Sebab Yohanes membaptis dengan air, tetapi tidak lama lagi kamu akan dibaptis dengan Roh Kudus."
Mereka masih harus menantikan “materai” yaitu Roh Kudus untuk diperlengkapi secara sempurna untuk akhirnya mereka pergi memberitakan injil.
“ Tetapi kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksi-Ku di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi." (Kisah Para rasul 1:8)
Setelah Roh kudus turun dan memenuhi para murid, kotbah pertama Petrus mampu membuat 3000 jiwa bertobat, dan semakin hari semakin bertambah banyak jumlahnya.
Kis 2:41 "Orang-orang yang menerima perkataannya itu memberi diri dibaptis dan pada hari itu jumlah mereka bertambah kira-kira tiga ribu jiwa."
Kis 2:47 "sambil memuji Allah. Dan mereka disukai semua orang. Dan tiap-tiap hari Tuhan menambah jumlah mereka dengan orang yang diselamatkan."
Selain bertambahnya jiwa-jiwa, juga terjadi pertumbuhan dalam persekutuan mereka:
Kis 2:42 "Mereka bertekun dalam pengajaran rasul-rasul dan dalam persekutuan. Dan mereka selalu berkumpul untuk memecahkan roti dan berdoa."
Kis 2:43 "Maka ketakutanlah mereka semua, sedang rasul-rasul itu mengadakan banyak mujizat dan tanda."
Kis 2:44 "Dan semua orang yang telah menjadi percaya tetap bersatu, dan segala kepunyaan mereka adalah kepunyaan bersama,"
Kis 2:45 "dan selalu ada dari mereka yang menjual harta miliknya, lalu membagi-bagikannya kepada semua orang sesuai dengan keperluan masing-masing."
Kis 2:46 "Dengan bertekun dan dengan sehati mereka berkumpul tiap-tiap hari dalam Bait Allah. Mereka memecahkan roti di rumah masing-masing secara bergilir dan makan bersama-sama dengan gembira dan dengan tulus hati,"
Seharusnya proses yang dialami para murid di atas juga dialami oleh kita orang percaya, yang juga melayani Allah yang sama seperti para murid. Mengalami penginjilan, pembinaan/ pemuridan, pelipatgandaan dan kemudian pengutusan. Tahapan yang sering terabaikan justru di tahapan terakhir, yaitu pengutusan (kalau di kampus, baik itu pengutusan untuk menjadi pelayan/ pengurus/ PKK dan juga pengutusan ke dalam dunia alumni/ kerja).
Begitu banyak orang yang diinjili di kampus, kemudian dibina dalam Kelompok Kecil maupun pembinaan-pembinaan yang lainnya, tapi pada akhirnya sedikit yang mengambil keputusan untuk mau (diutus untuk) melayani secara sungguh-sungguh di PMK. Dan masalah yang sering timbul adalah kekurangan dan kesulitan mencari pelayan, baik itu sebagai pelayan ibadah, PPA, PKK dan pelayan lainnya (konteksnya disini adalah yang berkualitas - Kenapa harus berkualitas? Karena Allah juga mempunyai standar bagi pelayan-pelayanNya). Akhirnya karena terpaksa, harus mengurangi standar sedikit agar mendapatkan pelayan. Kalau kondisinya seperti ini terus, persekutuan akan terjebak dalam rutinitas dan formalitas asal-asalan. Asal Persekutuan Jumat bisa berlangsung, asal ada pemain musik dan MC, asal mahasiswa baru mendapatkan PKK, siapapun bolehlah pelayannya. Tidak heran jika jemaat mulai tidak menikmati persekutuan, mengalami kejenuhan, dan akhirnya malas datang ke acara-acara persekutuan kampus (bandingkan dengan Kisah 2:41-47- Tiap-tiap hari jemaat bertambah terus dan merasakan pertumbuhan). Alangkah bahayanya kondisi seperti ini!
Kondisi yang kedua, adalah kesiapan mahasiswa untuk diutus ke dunia kerja – dunia yang sungguh berbeda sama sekali dengan dunia mahasiswa-. Sudah mengalami penginjilan, mau untuk dibina/ dimuridkan, bersemangat melayani di persekutuan kampus, namun banyak yang gagal ketika diutus keluar (dunia kerja). Mengapa bisa gagal? Seperti saya bilang di atas, ada perbedaan yang jauh antara dunia mahasiswa dengan alumni. Di dunia kerja, uang mulai berbicara sehingga mudah tergoda (tidak hanya berkaitan dengan uang “haram”, tetapi mau tidak mau kita akan mulai berpikir tentang materi karena sudah mendapatkan penghasilan sendiri), terdapat berbagai macam karakter manusia dalam 1 kantor (yang itu adalah rekan kerja kita, dan kitapun harus bekerja sama dengan mereka), sulitnya untuk mendapat persekutuan (bandingkan ketika di PMK, ada doa pagi, KJ, tim doa, dan serangkaian kegiatan rutin lainnya yang membuat kita sering bertemu dengan saudara seiman), waktu kerja dari pagi sampai sore, bahkan malam (bandingkan ketika di kampus, waktu kuliahpun rasanya tiap hari tidak terlalu padat), persaingan dalam jabatan dan serangkaian tantangan lainnya yang dihadapi di dunia alumni. Lebih susah lagi ketika mereka sudah berkeluarga, “harus memikirkan istri/suami dan anak juga, mana sempat lagi pelayanan”. Sungguh memprihatinkan kondisi yang ini!
Sangat menyedihkan sekali bila mendengar orang(terutama alumni) berkata,
“Biarlah para majelis/pendeta/pengurus saja yang melayani, saya cukup mendukung dalam doa dan uang saja”. Ungkapan ini bisa jadi menganggap bahwa pelayanan hanya membutuhkan materi (uang) saja, tanpa uang pelayanan tidak bisa jalan, dan bagi dia cukup uangnya saja yang datang dalam pelayanan. Memang uang juga diperlukan dalam pelayanan, namun dalam pelayanan juga diperlukan untuk memberi diri.
“Lalu aku mendengar suara Tuhan berkata: "Siapakah yang akan Kuutus, dan siapakah yang mau pergi untuk Aku?" Maka sahutku: "Ini aku, utuslah aku!" (Yesaya 6:8)
Atau ada yang berkata,
“Waktu saya sudah habis untuk bekerja, bahkan untuk bernafas sebentar saja sulit karena begitu banyaknya pekerjaan saya, tidak sempat lagi berpikir tentang pelayanan dan datang ke gereja selain hari minggu untuk rapat atau kegiatan gereja lainnya.” Ungkapan seperti ini sepertinya mempersempit ladang pelayanan milik Tuhan. Bukankah ladangNya adalah dunia ini, apakah gereja=dunia atau dunia=gereja? Tidak! Berarti dimanapun kita menjejakkan kaki, disitulah kita sedang berdiri di atas ladangNya, lihatlah sekeliling, begitu banyak kesempatan untuk melayani baik di kelas, kantor, di tempat tinggal, di tempat umum dan dimanapun itu.
“Beritakanlah firman, siap sedialah baik atau tidak baik waktunya, nyatakanlah apa yang salah, tegorlah dan nasihatilah dengan segala kesabaran dan pengajaran.” (2 Timotius 4:2)
******
Seperti murid-murid yang sebelum diutus dipersiapkan Allah, baik itu ketika mereka mengikut Yesus melayani maupun ketika mereka harus tinggal terlebih dahulu di Yerusalem untuk menantikan Roh Kudus, demikian juga kitapun seharusnya mau dipersiapkanNya di dalam PMK untuk kemudian diutus ke dalam “dunia yang sesungguhnya”, yaitu dunia kerja. (ingat, tidak semua orang punya kesempatan untuk mengalami pembinaan seperti di PMK ini).
Berharap semoga dengan pelayanan kita masing-masing baik sebagai mahasiswa maupun alumni, mampu menghasilkan buah yang nyata, dan jemaat yang percaya kepadaNya semakin bertambah, menghasilkan persekutuan yang berkualitas dan hidup kitapun disukai semua orang.
Secara pribadi saya bersyukur telah mengalami pembinaan baik itu sewaktu di SMA maupun ketika kuliah di STAN (di PMK STAN serta PMKJ). Banyak hal yang berharga yang saya terima yang mengantarkan saya menuju dunia alumni/ kerja, meskipun untuk mempertahankannya harus berjuang sekuat tenaga dan hati, harus menanggung duka,dan terkadang harus merangkak untuk terus berjalan. Rasanya tidak sia-sia saya hidup dalam persekutuan selama kurun waktu 6 tahun kemarin (terutama di PMK STAN selama 3 tahun terakhir).
SIAPKAH ENGKAU UNTUK DIUTUS?
Salam Hangat,
Hendrawan Triartanto
Dipersembahkan:
*untuk para alumni yang telah merasakan manisnya dunia kerja...
*untuk para calon alumni yang akan mencicipi dunia kerja...
*dan untuk para calon alumni yang masih panjang dalam menempuh studi dan melayani di STAN+TTC...
Salam hangat,
Hendrawan Triartanto
Untuk apa rajin?
1 tahun yang lalu
0 komentar:
Posting Komentar
Silakan kasih komentar di form di bawah ini ya.... Terima kasih :)