#

Keunikan Mkw


Setelah lama tidak muncul dalam infotainment, akhirnya atas desakan teman-teman melalui sms seperti:

“Udah lama ga online ya HendraGan-teng? Fbmu masih aktif kan?”

“Wah, lama ga baca notesmu…”

Atau,

“Sudah bobo’ belum say?”

Dan juga ada yang melalui telepon:

“Masss…akyu kangen notesmu, Bang Kawas juga ga pernah bikin notes lagi sekarang…” (woi, kemana aja kw Was, ga ada internet jugakah disana? hehe…)

saat ini saya memberanikan diri untuk memunculkan diri saya di dunia (Luna) maya. Sebelumnya minta maaf karena saya lama tidak OL karena ada beberapa penyebab yang tabu untuk disebutkan disini hehe… Hmm, banyak cerita yang muncul di pikiranku begitu sampai disini, maklum suasana disini mendukung untuk merenung hehe… Ok, saya mulai cerita pertama…

*SAAT AKU BERANGKAT*

Aku terkejut dengan kehadirannya, Tiba-tiba saja dia muncul di Bandara Adi Sucipto Jogja saat aku akan meninggalkan Tanah Jawa yang telah kudiami selama 21 tahun 10 Bulan dan 16 hari. Sesaat sebelum aku beranjak menuju ruang check in dia mengucapkan sesuatu….

“Áku juga mencintaimu, dan disini aku akan menunggumu, dan bila bila waktunya sudah tepat, aku akan menyusulmu… Maaf aku baru bisa menjawabnya sekarang…”.

Aku tak bisa berkata-kata apapun ketika mendengar dia mengucapkan kalimat tersebut. Aku hanya tersenyum kecil, dengan suara lirih menyanyikan lagu “Seandainya”nya Sheila On 7:

Seandainya kudapat memilih

Untuk tak pergi dan tetap disini wooo

Seandainya aku bisa, aku sanggup

Dan aku mampu wooo

Kuyakin inginku, kau tahu maksudku

Iringi aku sayang


Aku pergi untukmu

Merangkai mimpi lewati waktu

Semua itu jalan kita

Akan kujaga, kubina slamanya rasa di dalam hati

Walau diriku jauh, kuingin kau menunggu

Sampai kudatang padamu


Aku pergi untukmu

merangkai mimpi, lewati waktu

Semua itu jalan kita untuk terus saling mencinta


Chorus:

Nantikan aku, sambut tubuhku

Usap semua peluhku

Terus bersama selamanya


End:

Seandainya kudapat memilih

Untuk tak pergi dan tetap disini


Kemudian aku mencium keningnya dan melangkahkan kaki pergi meninggalkannya. Dan seisi bandara saat itu melihat kami berdua. Sejujurnya saat itu aku bingung karena dia baru mengatakannya di saat aku akan pergi jauh meninggalkannya. Saat berada di ruang tunggu, akhirnya kuberanikan diri untuk menelpon dia, aku mengucapkan terima kasih karena dia akhirnya memberitahukan perasaannya kepadaku setelah aku menunggu sekian lama. Saat itu tanggal 16 Agustus 2009, 19.00 WIB (masih WIB), malam peringatan kemerdekaan Bangsa Indonesia.


17 Agustus 2009, 06.30 WIT(sudah WIT), akhirnya aku menginjakkan kakiku di bumi Manokwari, kalau ada yg belum tau dimana letaknya, Manokwari adalah Ibukota Propinsi papua Barat, sekelas Semarang, Bandung, Surabaya, Medan gitu…(sama-sama ibukota propinsi hehe…) Ok, aku akan menceritakan sedikit dari begitu banyak hal yang terdapat di kota ini, itung-itung sebagai panduan bagi anda yang ingin melakukan perjalanan ke Manokwari, entah itu sekedar jalan-jalan atau akan menetap disini hehe…


1. Alat Transportasi.

Untuk mencapai Kota Manokwari, ada 2 cara yaitu melalui udara (pesawat, helikopter, balon udara, baling-baling terbang dll) dan melalui laut (kapal, bahtera, rakit, gethek dsb).


Untuk transportasi di dalam kota, ada 2 alat transportasi utama.

Yang pertama tentu saja taxi. Weikks, ada taxi men disana?!?! Ya ada dunk!! Taxi disini memakai tarif batas atas Rp. 6000 untuk ke luar kota, kalau dalam kota cukup Rp. 3000 saja, cukup murah kan? Karena solidaritas masyarakat disini amat tinggi, maka diperbolehkan untuk menaikkan penumpang lain ketika sedang ada penumpang di dalamnya (bingung khan??), jadi gini nih, misalnya si Tampan (aku) sedang naik taxi, kemudian tiba-tiba ada si Cantik (dia) menyetop taxi tersebut, maka taxi tersebut akan berhenti dan mempersilakan si Cantik duduk dekat dengan si Tampan, kemudian langsung ke gereja untuk pemberkatan xxxxx hehe….(bilang aja men klo taxi itu sama dengan angkot…haha…). Beda men, taxi disini lebih keren daripada angkot di Jawa, taxi disini full aksesoris(dengan poster2 para artis terpasang di jok mobil) dan full music yang berdentum keras sampai tubuh penumpangnya bergetar-getar mengalahkan getaran naik bajaj (sotoy, emang pernah naik bajaj Lu?). Jadi klo tidak ingin budeg jangan duduk di belakang deh....


Alat transportasi yang kedua adalah ojek. Hmm, ojek disini lebih unggul (pelayanannya) daripada di Jawa. Kalo di jawa sesuka-sukanya aja nentuin tarip, jarak 3 Kilo(gram) aja tarifnya sama kayak naik taksi, belum kadang ugal-ugalan ngejar setoran, lampu merah diterabas tapi klo ngetem lamanya minta amit, ujung-ujungnya berantem di blok M (kok kayaknya itu Metromini ya??). Ojek disini sudah modern, terbukti dengan menerapkan tarip flat (resmi dari pemda) untuk dalam kota Rp. 4000 dan luar kota Rp. 8000, jadi ga akan ketipu dengan tukang ojek yang menerapkan tarip di luar kenormalan. Oya, jangan pernah sekali-kali anda mengendarai sepeda motor disini menggunakan helm warna kuning. Lho emang kenapa, ini kan sudah ga musim kampanye lagi? Eitss, jangan salah paham dulu cuy, di sini tukang ojek punya standar helm, yaitu memakai helm warna kuning, kecuali anda memang berniat jadi tukang ojek disini silakan saja pake helem kuning, ntar akan saya jadikan sopir pribadi (langganan hehe…).


Oya, ngomong-ngomong (lagi) mengenai transportasi, disini lumayan tertib. Apabila anda akan menyeberang jalan, maka pengendara kendaraan bermotor akan secara refleks berhenti dan mempersilakan anda menyeberang. Hal ini sudah saya buktikan sendiri, yaitu ketika lalu lintas ramai, babi-babi padha berkejaran bak adegan di film-film India, saya dengan nekatnya (atau bodohnya) menyeberang, dan mereka semua berhenti tepat di depan saya, ajaib!! Adegan seperti ini tidak akan anda dapatkan di Jawa dan Sumatra, apalagi Jakarta dan Medan. Cuma yang tidak baik dalam hal berlalu lintas, naik motor disini tidak pake helm tidak akan pernah ditilang, karena tidak ada polisi yang berjaga di pos polisi. Hmm….


2. Kata yang sering diucapkan.

Ada dua kata yang sering diucapkan oleh masyarakat disini….

Yang pertama kata “to”. Contoh: Disini harga-harga mahal to, atau Hendra itu ganteng to. (ini bukan pertanyaan, melainkan sebuah pernyataan). Dari dua contoh kalimat di atas bisa disimpulkan bahwa lagunya almarhum Mbah Surip terinspirasi dari kegantengan-nya Hendra haha…enak to? Mantep to?


Kata kedua adalah kata “ka”. Contoh: Minta tanda tangan ka, atau Pinjam bulpen ka… Sekali lagi, ini bukan pertanyaan namun sebuah pernyataan.


Oya, ngomong-ngomong (lagi lagi dan lagi) orang-orang disini sukak-sukaknya menyingkat kalimat, seperti yang akan saya contohkan di bawah ini:

“ Sa su makan.”

Tentu saja kalimat di atas menimbulkan arti yang ambigu.

Bagi yang gemuk tentu saja artinya: “Saya suka makan (karena itu menggambarkan berat badan saya).”

Bagi yang sedang sakit: “Saya susah makan (karena mulut terasa pahit).”

Bagi yang sedang tidur siang di kantor: “Saya sudah makan (karena itu saya mengantuk).”


atau yg ini: sa pi pasar. (artinya saya pigi-pergi- ke pasar).


Coba anda artikan kalimat berikut:

” Ihh, Hendra koq gan nan tamp sekali, peng nyu rasanya!!”


3. Penyakit khas.

Ada dua juga (lagi lagi dua) yang menjadi penyakit khas disini.

Yang sudah terkenal sampe seantero bumi tentu saja Malaria. Entah kenapa si Mala mau-maunya berkolaborasi dengan si Ria menghasilkan racun (cinta) yang begitu mematikan. Ada dua jenis juga Malaria ini, yaitu Malaria Tropica (menyerang otak) dan Malaria Theresiana (menyerang tulang). Malaria ini disebarkan oleh nyamuk malaria (bukan nyamuk aides aigepti) dengan ciri-ciri awal orang yang sudah terkena yaitu badan pusing, kepala demam dan diare. Orang yang akan datang ke tanah Papua disarankan untuk minum obat anti malaria seminggu sebelum berangkat dan rutin meminumnya selama di Papua. Rahasia biar tidak kena malaria (sst…ini rahasia lho…) katanya sih jangan sampe laper alias banyak makan disini, dan entah kenapa selama saya disini perut saya terasa lapar terus, makanya kayaknya semakin berat badan saya ini (selain semakin hitam hehe...).


Penyakit kedua yang cukup menyakitkan adalah malarindu. Ada dua jenis juga, yaitu malarindu tropikangen dan malarindu kronis. Ciri-ciri orang yang sudah terkena penyakit ini yaitu suka memandangi foto-foto selama di Jawa dengan keluarga dan sahabat terkasih, kirim sms bertubi-tubi, miskol-miskol dan kalo punya modal akan menelpon. Ya, saya sendiri melihat sendiri orang yang seperti ini (yaitu saya sendiri haha…).


Ok, rasanya cukup sekian dulu beberapa cerita dari saya, nanti akan saya sambung lagi dengan keunikan-keunikan Manokwari lainnya….


NB: cerita di awal mengenai kisah saya dengan si dia di bandara Adi Sucipto adalah fiktif belaka hasil imajinasi saya setelah menonton sinetron (mulai dari Tersanjung 1 sampai 6, Terpesona, Si Cecep dsb), Telenovela (mulai dari Maria Mercedez, Cinta Paulina, Maria Belen dll), drama negeri Asia Timur (F tse, Tokyo Love Story, Pendekar Rajawali etc)serta Si Bolang haha…


Yang benar:

Di sore itu saya diantar oleh orangtua (papa & mama)ke bandara Adi Sucipto yang jaraknya satu jam dari rumah saya. Di bandara saya bertemu dengan teman (cowo) yang satu penempatan dengan saya, kemudian saya terbang mengarungi malam di udara dari pukul 19.45 WIB-06.30 WIT dikurangi transit di Jakarta dan Makasar.


Sekian dan terima kasih.


Salam hangat,


Hendrawan Triartanto

0 komentar:

Posting Komentar

Silakan kasih komentar di form di bawah ini ya.... Terima kasih :)

Selayang Pandang - Sejauh Hati Ini Memandang

Menatap sebuah harapan, menanti sebuah jawaban.

About this blog

Sebuah coretan sederhana penuh arti berisi warna-warni kehidupan yang takkan pernah habis dan pudar...

17 Juni 2009
Salam hangat,

Hendrawan Triartanto
-Pemimpin Redaksi-