#

Merak Streak - Just Sharing :)

Tak kutahu ‘kan hari esok, namun langkahku tegap

Bukan surya kuharapkan, karna surya ‘kan lenyap

O tiada ku gelisah, akan masa menjelang

Kuberjalan serta Yesus, maka hatiku tenang

Banyak hal tak kupahami dalam masa menjelang

Tapi t’rang bagiku ini: Tangan Tuhan yang pegang


Aku yakin kalau teman-teman sudah tidak asing dengan lagu ini, lagu yang sering dinyanyikan waktu kuliah dulu, dan banyak yang bilang terutama dinyanyikan saat-saat ujian. Bagiku lagu ini sangat berkesan karena tiap kali aku dengar atau menyanyikan lagu ini pasti momen yang kuingat adalah saat kelompok belajar kita menyanyikan lagu ini di malam kamis yang dingin dan mendokumentasikannya dalam bentuk video (thx bwt agan Nelson yg jadi kameramennya hehe) tepat di hari kita belajar bareng terakhir kalinya untuk menghadapi UAS terakhir (matkul potput) sepanjang kuliah di STAN. Momen kedua yang kuingat tentu saja saat esoknya kita kesaksian di KJ dengan lagu ini sebagai ucapan syukur kelompok belajar kita.


Dan saat ini aku kembali mengingat lagu ini dan kedua momen tersebut. Di saat aku buka-buka file lama, aku menemukan video jadul kita itu - yang udah aku edit tentunya \(“-“)/ , dan aku rasa ini bukan sekedar kebetulan dengan kondisiku yang sekarang.

Ketika menonton video ini aku menemukan “sesuatu” yang menolong hidupku saat ini. Ya, Tuhan membukakan pikiranku untuk melihat hubungan sewaktu mahasiswa dulu dengan sekarang ketika menjadi alumni. Sejujurnya teori itu gampang, prakteknya yang susah. Demikian pula yang kualami ketika menjadi alumni. Dahulu ketika mahasiswa, optimis kalau nanti jadi alumni akan berintegritas, mampu tahan godaan dan tidak akan berkompromi (jadi ingat visi global PMK: Menghasilkan alumni-alumni yang takut akan Tuhan).

Dan di saat aku sedang mencapai masa-masa lelah untuk berjuang (padahal baru sekitar 4-5 bulan penempatan, namun ada factor X yang membuatku begitu lelah berjuang, aku tidak tahu apakah teman-teman mengalami hal yang sama), aku menemukan video itu kembali. Cukup simpel “sesuatu” yang kudapatkan dari video itu: Aku mengingat saat kita sama-sama belajar, mencoba cari waktu yang tepat di tengah kesibukan masing-masing (ada lelucon: Presiden aja kalah sibuk ama kita hehe), membahas kisi-kisi (hehe) dan bagiku secara pribadi aku ingin berjuang menaikkan IPKku :)

Dan pada akhirnya kita semua bisa lulus dan diwisuda di JCC. Sejujurnya lega sekali rasanya bisa menuntaskan kuliah di STAN ini, dan itu salah satunya juga berkat kelompok belajar kita. Coba seandainya kita ngga memperjuangkan kelompok belajar ini, aku ngga tau bagaimana yang akan terjadi dengan diriku, lulus ato engga, kalaupun lulus pasti dengan IPK yang berbeda ngga sampai 3 koma.

Banyak yang bilang bisa lulus itu merupakan suatu anugerah, dan memang benar. Lulus karena anugerah tidak berarti santai-santai saja tinggal tunggu pertolongan Tuhan dan tiba-tiba lulus, namun bagiku lulus karena anugerah adalah Tuhan menganugerahkan teman-teman yang menolongku, menyemangatiku untuk terus berjuang dan akhirnya bisa lulus. Ya, Tuhan menganugerahkan semangat untuk berjuang bagi kita.

Lalu apa hubungannya dengan saat ini ketika menjadi alumni? Seperti aku bilang di atas, teori itu gampang, prakteknya yang susah, secara pribadi aku sempat terbuai dengan kehidupan alumni ini dengan pengaruh dari lingkungan sekitar. Kalian pasti juga bisa merasakan perbedaan kehidupan mahasiswa dan alumni. Dan di saat-saat aku mulai “lepas kontrol”, aku ingat kembali perjuanganku untuk mendapat status alumni ini melalui video kita. Susah payah aku belajar, dan susah payah kalian menolong aku belajar (dan itu semua “demi mendapat gelar alumni”), ketika aku telah menjadi alumni seharusnya aku masih tetap berjuang, berjuang menjaga HPDT, berjuang menjaga HPDS, berjuang bekerja dengan baik, berjuang menjaga integritas, berjuang menjaga keluarga (nanti kalau udah nikah hehe) dan sebagainya.

Jangan sampai status sebagai alumni membuat kita lupa kalau dulu pernah menjadi seorang mahasiswa yang penuh perjuangan (berdoa dan belajar). Semoga kitapun sekarang juga menjadi alumni yang penuh perjuangan (berdoa dan bekerja). Kalaupun banyak keluhan, banyak hal-hal yang membuat kita ga nyaman, ya begitulah dunia alumni, siap ga siap kita harus siap. Ibaratnya seorang prajurit yang sudah terlanjur diterjunkan di medan perang, harus tetap berjuang untuk bertahan, bahkan menyerang musuh (tujuan utama perang bukan untuk bertahan, namun menyerang musuh). Kalau belum apa-apa sudah menyerah, habislah sudah!

Semoga suatu saat nanti kalau kita bertemu (di nikahan sapa ya yang pertama?), ada cerita diantara kita hehe :)


@Kawas: Jadi, kapan nikahnya? *Undangan ditunggu… wekekekeke

@Iyus: Tetep cari orang batak ‘kan? *Asal sang target jangan sama aja ama ane… hahahaha

@Angga: Ada rencana mendahului Kawas? *lebih cepat lebih baik… hohohoho

@Nopeng: Hmm, ga enak aq mw nanya “kapan Nikah?” wkwkwkwk… *Masih tetep 100jeti?

@Jo: Jadi, sekarang ama siapa nih? *sepi kali gossip mengenai dirimu sekarang… hehehehe

@Anto: Udah ada rencana nyari “si dia” lagi? *ayo cepet-cepetan ama B’ Jul… hihihihi



Ditulis pada tanggal 31 Januari 2010. Dipublish pada 29 Maret 2010

Salam hangat,

Hendrawan Triartanto

1 komentar:

HuNnuky 27 April 2011 pukul 17.03  

Kangen masa2 perjuangan itu, gk cuma belajar tapi juga byk curcol2nya...
Jadi alumni memang banyak yang berbeda dari mahasiswa dulu, tapi sesungguhnya di sinilah kita benar2 berperang...
:semangat
:D

Posting Komentar

Silakan kasih komentar di form di bawah ini ya.... Terima kasih :)

Selayang Pandang - Sejauh Hati Ini Memandang

Menatap sebuah harapan, menanti sebuah jawaban.

About this blog

Sebuah coretan sederhana penuh arti berisi warna-warni kehidupan yang takkan pernah habis dan pudar...

17 Juni 2009
Salam hangat,

Hendrawan Triartanto
-Pemimpin Redaksi-