Ternyata di bagian Indonesia manapun langit tetap biru, awan tetap putih, air tetap mengalir dan cinta tetap bersemi (sighhh…).
Akhirnya setelah saya amati selama 3 Tahun “tinggal” di Jakarta, 2 Minggu “jalan-jalan” di Medan dan sekarang sekitar 9 bulan “menetap” di Manokwari, begitu banyak hal yang menarik untuk diungkapkan ciri khas masing-masing kota. Okeh baik, kita mulai saja
1. Angkutan Umum Utama
Kota yang ideal adalah kota yang mempunyai sistem transportasi yang baik atau setidaknya mampu mencukupi kebutuhan mobilitas penduduknya* (Pendapat ahli Hendrawan Triartanto dalam bukunya "Membedah Kota Modern" --> Ga usah dicari di toko buku, ga bakalan ada). Demikian di ketiga kota yang menjadi bahasan kita saat ini.
Medan: Bentor. Siapa yang tak kenal dengan bentor alias becak motor? Sebuah angkutan umum dua roda yang ditarik oleh seekor kuda (itu Bendi duduls…). Cobalah tanya penduduk Medan, pasti mereka semua pernah naik bentor, ini membuktikan bahwa bentor merupakan transportasi yang cukup disukai di kota Medan. Kebanyakan dari penumpangnya setelah turun dari bentor pasti mengacungkan jempol ke sopirnya sebagai tanda bahwa mereka “like this” dan sang sopir menengadahkan tangannya untuk meminta “cendol”. Keuntungan naek bentor adalah anda dapat merasakan semilirnya angin yang menerpa ketika bentor berjalan sambil menikmati kerasnya jalanan kota Medan. Berikut foto salah seorang sopir bentor yang telah sukses merajai jalanan Medan.
Manokwari: Ojek. Seperti yang pernah saya ceritakan dalam note saya terdahulu (Keunikan Mkw), inilah pilar utama transportasi di Manokwari:
Dengan bermodalkan helem kuning dan cinta, mereka berkeliling Manokwari demi mengantarkan para penumpang sampeeee di depan tujuan akhir penumpang. Tarif standar dalam kota sekitar 3-4 ribu rupiah dengan fasilitas penumpang mendapat helm (pinjaman) biar ga ditilang polisi (berbeda dengan artikel saya terdahulu –Keunikan Mkw- yang menceritakan pembonceng motor tidak wajib pake helm, sekarang semua sudah wajib pake helm).
2. Kode Berhenti/ Turun Dari Kendaraan Umum
Mengetahui kode untuk berhenti/ turun dari kendaraan umum penting sekali bagi anda yang menaiki kendaraan umum (ya iyalah, masa ya iyadong).
Medan: Pinggir. Berikut contoh percakapan penumpang dengan sopir angkot di medan:
P (Penumpang) : Bang, pinggir bang! (yang ngomong cowo Batak)
S (Sopir) : bah, sok kali kau suruh-suruh awak pulak, kau siapa rupanya?
P: Brrrrrr…… Pinggir bang, ada cewek cantik….
S : Mana, mana? (angkot langsung berhenti)
Jakarta: Kiri. Berikut contoh percakapan penumpang dengan sopir angkot di Jakarta:
P : Bang, kiri ye bang… (yang ngomong cewe Betawi jadi agak lembut dikit)
S : Kirinye mane neng? (ngelirik tuh cewe lewat spion sambil angkot jalan terus)
P : Yach, udeh kelewatan bang… (muka kecewa + kesel + bête)
S : O map ye neng, habis eneng cakep sih…
Manokwari: Depan. Berikut contoh percakapan penumpang dengan sopir taksi (alias angkot) di Manokwari:
P : Depan ya… (ga pake sebutan abang, mas, kak, pak dsb)
S : (ciitttt…… Tanpa basa-basi langsung rem mendadak)
3. Tempat Makan Cepat Saji
Urusan perut memang urusan yang tidak bisa ditunda-tunda, apabila sudah tidak tahan maka segeralah ke toilet (lhoh, ini ngomongin toilet atau tempat makan sih?).
Medan: P*
Jakarta: Mc*
Manokwari: *FC
4. Tempat Wisata
Medan : Danau Toba. Tempat wisata di daerah Sumatra Utara yang paling dikenal oleh khalayak ramai adalah Danau Toba. Yang membuat unik adalah pulau yang ada di tengah-tengah danau tersebut, yaitu Pulau Samosir. Inilah foto turis yang sedang melihat pemandangan Danau Toba dari atas Puncak Simalem.
Jakarta ; Kota Tua. Sebagai ibukota negara, tentunya Jakarta memiliki pesona bagi banyak orang, maka terciptalah beberapa lagu diantaranya : “Ke Jakarta Aku ‘kan Kembali” nya Koes Plus, juga “Tunggu Aku Di Jakartamu” nya SO7, kedua lagu ini akhirnya menginspirasi saya untuk merindukan Jakarta hehe… Akhirnya waktu akhir tahun kemarin saya bisa pulang ke Jawa, 3 hari waktuku kuberikan untuk Jakarta dengan hampir 1 harinya untuk foto-foto di Kota Tua, salah satu cagar budaya saksi sejarah perubahan kota ini.
Manokwari : Pantai Pasir Putih. Cobalah anda mengelilingi Manokwari, pasti anda menemukan bau pantai (dan bau badan anda). Pantai yang sering dikunjungi sebagai tempat wisata adalah Pantai Pasir Putih atau biasa disebut Pasput. Tarif untuk memasuki Pantai ini 0 rupiah dengan kata lain tidak dipungut biaya. Di Pasput anda dapat berenang, mandi, main bola, atau menyewa perahu kayu 20 ribu rupiah sekali dayung (busyet dah, maksudnya 20 ribu/jam) untuk “berlayar” di sekitar Pasput. Akh, seandainya perahu itu dapat membawa saya pulang ke Jawa, tiap Jumat sore saya akan berteriak: “Java, I’m Coming!” hehe…
Demikian ulasan saya berdasarkan pengalaman pribadi yang benar-benar saya alami secara pribadi karena saya baik hati, tidak sombong, suka menabung, suka belajar, suka menolong, dan suka sama seorang cewek hehehe… kalo ada salah-salah tulisan, salah istilah, salah kaprah, salah pengertian, salah-salah yang lainnya saya minta maap karena ini hanya berdasarkan sudut subjektip kacamata usang saya.
Akhirnya dari pengalaman saya ini membuat saya tersadar dari sempitnya dunia saya dahulu bahwa Indonesia itu luas, bahwa Indonesia itu negara besar, bahwa Indonesia itu kaya, bahwa Indonesia itu Bhinneka Tunggal Ika dengan ciri khas masing-masing daerahnya, dan bahwa Indonesia layak untuk dicintai rakyatnya.
NB: Bagi yang merasa dirugikan karena foto-fotonya saya pajang disini, itung-itung sebagai batu loncatan karir kita ke depan sebagai model bro/sist, sapa tau ada agency yang baca postingan ini dan tertarik :)